Judul Buku      : Kajian Budaya Feminis: Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop
Penulis             : Aquarini Priyatna
Penerbit           : Jalasutra, Yogyakarta & Bandung
Cetakan           : Pertama, 2006
Tebal               : 464 Hal

Feminisme merupakan sebuah idea jamak yang jika didefinisikan menjadi sebuah cara atau sudut pandang perempuan. Seseorang berhak dilebeli feminis apabila dia sadar akan adanya ketimpangan struktur yang terjadi antara laki-laki dan perempuan tidak peduli dia berjenis seks laki-laki atau perempuan. Berbicara masalah feminis artinya berbicara tentang persoalan posisi politis yang merupakan produk konstruksi sosial budaya masyarakat.

Sekirannya itulah yang akan anda temui pada bab pendahuluan buku Kajian Budaya Feminis: Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop yang ditulis Aquarini Priyatna. Bu atwin, sapaanya, merupakan dosen Sastra Inggris Universitas Padjadajran yang juga concern terhadap isu-isu perempuan. Buku ini adalah salah satu karyanya yang kesemuanya bernafaskan perempuanan. Buku-bukunya yang lain adalah becoming white, representasi perempuan pada 3 novel NH Dini dan 1 buku hasil terjemahanya yang berjudul feminist thought karya Rosemarie Putnam Tong.

buku ini berisi tentang pengalaman sehari-harinya yang terinternalisasi dengan konsep feminisme. Ditulis dalam bentuk esai-esai cerdas nan ringan yang dinarasikan kedalam bentuk autobiografi dengan mencitrakan bahasa yang luwes dan sederhana dengan makna yang tidak sederhana. Dibutuhkan sepersekian menit untuk mencerna setiap kata yang ditulis bu atwin, juga dibutuhkan kesabaran serta kehati-hatian untuk melepas rangkaian makna dibalik tulisannya.

Dengan keapikanya bu Atwin berhasil mengeksploitasi nilai-nilai feminis di dalam kegiatan sehari-harinya. Seperti bagaimana intereksi dirinya di dalam lingkup keluarga patriarki dan pada saat ia mendapat perlakuaan rasis ketika mengenyam pendidikan di Inggris sebagai perempuan Asia. Buku ini tidak hanya berisi pengalaman empiris dirinya, tetapi juga menjabarkan teori besar Feminisme milik Simone de Beauvoir dan menjabarkan konsep kebertubuhan perempuan yang selama ini dianggap tabu. Seperti menstruasi, rahim, dan seksualitas perempuan.

Yang tidak kalah menariknya, dalam bab-bab terakhir. Bu Atwin banyak berbicara masalah sastra dan budaya pop perempuan. Dia mengulas 3 buah novel karya NH. Dini dan juga ikut angkat suara atas kritikan terhadap Sastrawangi dalam pentas kesusastraan tanah air.

Jika boleh jujur, buku ini merupakan buku feminisme yang paling mudah dicerna dari sekian banyak buku feminisme yang pernah saya baca, sehingga layak dibaca oleh handai taulan yang ingin berkenalan lebih jauh dengan isu-isu yang berbasis keperempuanan. Terutama bagi anda yang sering berkeluh berat dan berkesah teralu serius.